Berikut
adalah beberapa nasehat dari ayat al Qur’an, hadits dan perkataan ulama yang
semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah.
Musibah
Terasa Ringan dengan Mengingat Penderitaan yang Dialami Orang Sholih
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي
مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
“Musibah
yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”[1]
Dalam lafazh
yang lain disebutkan.
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ
فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa
saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku.
Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”[2]
Ternyata, musibah orang yang lebih
sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita
tidak terus larut dalam kesedihan.
Semakin Kuat
Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji
Dari Mush’ab
bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ
أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai
Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ
فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ
صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى
حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى
عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para
Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai
dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin
berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan
kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia
berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”[3]
Di Balik
Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar
Dalam surat
Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun
diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan)
menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala
macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari
setiap kesulitan adalah kemudahan.”[4]
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Bersama
kesulitan, ada kemudahan.”[5]
Merealisasikan
Iman adalah dengan Bersabar
‘Ali bin Abi
Tholib mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ
بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
“Sabar
dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak
beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.”[6]
Musibah
Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah
Hudzaifah
ibnul Yaman mengatakan,
إِنَّ اللهَ لَمْ يَخْلُقْ شَيْئاً
قَطٌّ إِلاَّ صَغِيْراً ثُمَّ يَكْبَرُ، إِلاَّ المصِيْبَة فَإِنَّهُ خَلَقَهَا
كَبِيْرَةً ثُمَّ تَصْغُرُ.
“Sesungguhnya
Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar
kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar
kemudian akan menjadi kecil.”[7] Allah menciptakan segala sesuatu,
misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa
(besar) semacam dalam firman Allah,
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ
ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ
لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا
“Dia-lah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua.” (QS. Ghofir: 67)
Namun untuk
musibah tidaklah demikian. Musibah datang dalam keadaan besar, yakni terasa
berat. Akan tetapi, lambat laut akan menjadi ringan jika seseorang mau
bersabar.
Bersabarlah
Di Awal Musibah
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ
الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Yang
namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.”[8] Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar
yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Pahala Orang
yang Mau Bersabar Tanpa Batas
Ingatlah
janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya
orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak
terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa
ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa
pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia
akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga.
Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah
surga.[9]
Akan
Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik
Ummu Salamah
-salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa
beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ
-صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا
مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa
saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi
wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron
minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah,
berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang
lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan
menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat,
aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari
suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[10]
Do’a yang
disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia
ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan
mendapatkan ganti yang lebih baik.
Semoga yang
mendapati musibah semakin ringan menghadapinya dengan sedikit hiburan ini. Semoga
kita selalu dianugerahi kesabaran dari Allah Ta’ala.
Segala puji
bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Diselesaikan
pada malam 11 Muharram 1431 H di Panggang-Gunung Kidul (kediaman mertua
tercinta)
- Shahih Al Jami’, 5459, dari Al Qosim bin Muhammad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
- Disebutkan dalam Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu ‘Abdil Barr, hal. 249, Mawqi’ Al Waroq.
- HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.
- Taisir Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 929, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H
- HR. Ahmad no. 2804. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.
- Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, hal. 250.
- Idem.
- HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik.
- Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 7/89, Dar Thoyibah, cetakan kedua, tahun 1420 H.
- HR. Muslim no. 918.