Oleh : Ustadz Dede Iskandar
1. Makna mengetahui Islam dengan dalil-dalil
Pertanyaan: apa arti perkataan pengarang dalam hasyiah (catatan kaki) ushul tsalatsah “wajib mengetahui islam dengan dalil-dalil”.
Pengarang mengatakan masih dalam satu catatan kaki: Alloh telah
mengutus kepada kita seorang Rosul, barang siapa yang mentaatinya maka
akan masuk surga, dan barang siapa yang mengingkarinya maka akan masuk
neraka. Apakah maksud disini untuk taat kepada Rosul apakah tentang
Tauhid Rububiyah.
Jawaban: makna perkataan pengarang mengenai wajib mengetahui
Islam dengan dalil-dalilnya yaitu bahwa kewajiban bagi seorang mukallaf
(orang yang dibebani hukum syar`i) untuk mempelajari Islam beserta
rukun-rukunnya dari sumbernya yang asli yaitu: kitab alkarim
(Al-Qur`an), dan Sunah asyarifah. Kemudian mempelajari tauhid dan
apa-apa yang masih kurang dari kesempurnaan tauhid dan apa-apa yang
bertentangan dengan tauhid itu, kemudian mempelajari tentang shalat
beserta syarat-syaratnya, dan yang menjadi rukun-rukun shalat, dan wajib
shalat serta sunah-sunahnya baik itu dari Al-Qu`ran, maupun
perkataan-perkataan Rosulullah Shalallohu Alaihi wa Salam, perbuatannya dan ketetapan-ketetapannya. Dan ini adalah peninggalan rukun-rukun islam dan syariat-syariatnya.
Adapun maksud dari perkataan ”Alloh telah mengutus kepada kita
seorang Rosul maka barang siapa yang mentaatinya akan masuk surga dan
bagi yang mengingkarinya akan masuk neraka” bahwa sesungguhnya Alloh Azza wa Ala mengutus Muhammad Shalallohu Alaihi wa Salam
dengan tauhid dan peninggalan dari syariat agama maka barang siapa yang
menjawab dan memeluk islam serta melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan Alloh kepadanya, dan menjauhi dari apa-apa yang di
haramkan kepadanya niscaya akan masuk surga. Namun barang siapa yang
berpaling darinya dan berbuat maksiat kepada RosulNya dan belum sempat
masuk kedalam agama Alloh maka baginya adalah neraka. Rosulullah saw
bersabda;
(كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى, قالوا: ومن يأبى يا رسول الله؟ قال: من أطاعني دخل الجنة, ومن
عصاني فقد أبى)
Artinya: “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang berpaling,
mereka berkata siapa yang tidak berpaling ya Rosulullah? Rosulullah saw
berkata: barangsiapa yang mentaatiku akan masuk surga dan barang siapa
yang bermaksiat kepadaku dia sesungguhnya telah berpaling.”
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid kedua-hal no:25
2. Tauhid Rububiyah
Pertanyaan: Apa makna Tauhid Rububiyah?
Jawaban: Makna Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Alloh
Jalla wa ‘Ala dengan apa yg dikerjakannya: seperti menciptakan, membuat
sesuatu menjadi ada, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan.
Dan makna Tauhid Al-uluhiyah adalah mengesakan Alloh dengan
apa yang lakukan oleh hamba-hambaNya seperti do`a, dan meminta
pertolongan dan bantuan, rasa takut, pengharapan, tawakkal, dan semua
macam-macam ibadah.
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid pertama-hal no:6
3. Cara terbaik mendakwahkan tauhid kepada manusia
Pertanyaan: Apa cara yang terbaik untuk mendakwahkan manusia kepada tauhid dan waspada terhadap syirik?
Jawaban: cara yang terbaik untuk berdakwah adalah yang sebagaimana Alloh sebutkan dalam al-qur`an
(ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن)
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An-Nahl:125)
Dan dalam ayat yang lain Alloh jg berfirman
(قل هذه سبيلى أدعوا إلى الله على بصيرة أنا ومن اتبعني و سبحان الله وما أنا من المشركين)
Artinya: “Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik”. (QS. Yusuf:108)
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid kedua-hal no:33
4. Jalan-jalan dalam menguatkan iman
Pertanyaan: Apa yang menjadi jalan untuk menguatkan iman dalam
menghadapi fitnah yang bertubi-tubi dari televisi, dan di jalan-jalan,
serta dari masyarakat barat?
Jawaban: jalan-jalan untuk menguatkan iman banyak sekali
diantaranya; menjaga ketaatan kepada Alloh, dan menjauhi dari segala
yang diharamkan, dan duduk bersama orang-orang saleh, dan memberbanyak
membaca Al-Qur`an dan memahaminya, membaca hadis-hadis Rosul, dan selalu
membiasakan untuk berdzikir kepada Alloh, dan gemar berdo`a serta
merasa faqir kepada Alloh.
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid kedua-hal no:34
5. Manusia dilahirkan diatas fitrah tauhid
Pertanyaan: Apakah agama yang karenanya dilahirkan manusia adalah agama yang hak?
Jawaban: manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah tauhid, seperti dalam perkataan Nabi Shalallohu Alaihi wa Salam ”setiap
anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tergantung kedua orang
tuanya mau menjadikannya seorang yahudi, atau nasrani, atau beragama
majusi”.
Akan tetapi fitrah ini tidak cukup hanya dengan mengetahui perincian
tauhid saja, dan tata cara beribadah kepada Alloh Jalla wa `Ala, tetapi
mesti dengan belajar dan mempelajari ilmu agama secara mendalam, dan berittiba (mengikuti) kepada Rosul Shalallohu Alaihi wa Salam
dan taat kepadanya, karena beliau adalah orang yang menyampaikan dari
TuhanNya tentang apa-apa yang dibutuhkan oleh hambanya dari
perincian-perincian permasalahan mengenai agama mereka dan peribadahan
mereka, dan dengan itu akan menjadi seorang muslim yang telah mengetahui
ibadah yang karenanya diciptakanlah manusia, sebagai mana Alloh
berfirman:
(وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون)
Artinya: “Dan tidak lah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembahku” (QS. Adz-Dzariyat:56)
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid kedua-hal no:34
6. Makna kalimat Islam
Pertanyaan: Dalam adat kebiasaan dinamakan agama-agama itu
berdasarkan nama-nama para nabinya, akan tetapi Islam menyelisihi akan
hal itu, maka apa makna kalimat islam?
Jawaban: Al-Islam adalah berserah diri kepada Alloh dengan
tauhid, membela agama Alloh dengan penuh ketaatan, serta berlepas diri
dari kesyirikan dan dari para penyembah kemusyrikan.
Dan tidaklah kita mengetahui suatu agama yang dinamai dengan nama
nabi nya kecuali agama nasrani yang telah diselewengkan, maka bahwasanya
setelah diselewengkan dinamai pula dengan agama Al-Masih ibn Maryam
Alaihi Salam, dan itu adalah penamaan yang salah, tapi kadang-kadang
sering dinisbahkan suatu agama kepada nabinya, maka dikatakan agama
musa, agama isa, dan agama Muhammad Shalallohu Alaihi wa Salam, sebagaimana dikatakan: Islam adalah agamanya fulan.
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid pertama-hal no:39
7. Perumpamaan kita bersaksi kepada Alloh dan bersaksi kepada Rosulnya
Pertanyaan: Dalam kitab maarijul qobul pengarang kitab
menyebutkan dalam salah satu paragraph setelah menerangkan aqidah Ahlu
Sunah dan orang-orang yang menyelisihinya. Beliau berkata: dan kita
bersaksi kepada Alloh dan bersaksi kepada Rosulnya, apakah seperti dalam
ibarat ini ada suatu masalah?
Jawaban: ini adalah ibarat yang salah dari syaikh semoga Alloh
mengampuninya dan memberikan rahmat kepadanya, dan tidak boleh kepada
siapa saja untuk bersaksi kepada Rosul atas sesuatu yang dilakukannya
setelah wafatnya beliau, karena beliau tidak mengetahui sesuatu yang
ghaib dan tidak mengetahui apa-apa yang telah dilakukan umatnya setelah
beliau wafat. Oleh karena itu telah menjadi ketetapan bagi beliau
Rosulullah Shalallohu Alaihi wa Salam bersabda: manusia diusir
dari golongan sahabatku dari telaga pada hari kiamat, maka aku katakan:
sahabatku. Maka dikatakan: sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang
telah terjadi setelahku.
Fatwa lajnah daimah-kumpulan kedua-jilid kedua-hal no:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar